Opini  

Sekolah Kesetaraan: Menjembatani Kesenjangan, Meraih Asa Pendidikan

Oleh - Andika Sutra, S.Pd. (Tutor PKBM Nurul Ihsan Tanjung Gadang Kabupaten Sijunjung)

Selain itu, metode pembelajaran sering menggunakan pendekatan tematik dan berbasis lingkungan, memanfaatkan pengalaman hidup warga belajar sebagai konteks belajar. Hal ini membuat proses pembelajaran menjadi lebih bermakna dan aplikatif.

Kurikulum pendidikan kesetaraan tidak hanya berfokus pada penguasaan materi akademik, tetapi juga sangat menekankan pada Kecakapan Hidup (Life Skills). Mata pelajaran tambahan atau kegiatan penunjang difokuskan pada keterampilan praktis yang dapat langsung meningkatkan daya saing warga belajar, seperti kewirausahaan, literasi digital, atau keahlian teknis sesuai kebutuhan lokal (misalnya, menjahit, perbengkelan, atau pertanian modern). Relevansi kurikulum ini secara langsung berkontribusi pada peningkatan taraf ekonomi dan kemandirian lulusan.

Aspek terpenting dari program ini adalah legalitas dan kesetaraan ijazah. Sesuai Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, ijazah Paket A, B, dan C memiliki hak eligibilitas yang sama dengan ijazah dari sekolah formal pada jenjang masing-masing. Hal ini berarti bahwa lulusan Paket C memiliki hak yang sama untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi (negeri maupun swasta), melamar pekerjaan di sektor formal, baik di instansi pemerintah maupun swasta. Pengakuan legalitas ini menjadi validasi atas proses belajar yang telah dilalui dan secara fundamental menghapus diskriminasi.

Baca Juga  Menjaga Etika Islam di Tengah Revolusi Dunia Digital

Pendidikan kesetaraan membuka gerbang aspirasi yang sama luasnya, memungkinkan setiap individu untuk bersaing secara setara di arena profesional dan akademik. Meskipun strategis, pendidikan kesetaraan menghadapi sejumlah tantangan yang perlu diatasi yaitu citra publik yang masih menganggap pendidikan kesetaraan sebagai pilihan kedua harus diubah. Diperlukan sosialisasi yang masif untuk menonjolkan keberhasilan lulusan dan kualitas program, kualitas penyelenggaraan antar-PKBM sangat beragam, perlu adanya standardisasi yang ketat, penguatan tata kelola, serta peningkatan kompetensi tutor, khususnya dalam penerapan teknologi pembelajaran daring.

Baca Juga  Jejak Sang Guru di Balik Layar Pintar Digital

Oleh karena itu, sekolah kesetaraan adalah pilar utama dalam mewujudkan keadilan sosial di bidang pendidikan. Ia menawarkan solusi yang humanis, fleksibel, dan relevan bagi jutaan warga negara yang terkendala mengakses pendidikan formal.

Dengan fokus pada kecakapan hidup dan jaminan kesetaraan legalitas ijazah, program ini tidak hanya menuntaskan wajib belajar tetapi juga membekali individu dengan keterampilan praktis untuk hidup mandiri.

Memperkuat pendidikan kesetaraan berarti memperkuat fondasi bangsa yang terdidik, berdaya, dan inklusif.***