Sastra  

Puisi-Puisi Meyentuh Kalbu Tentang Bencana Sumatera

Oleh - Dilla, S.Pd

KABATerkini.com

Tangis di Ujung Senja

Oleh: Dilla, S.Pd

Tangis di ujung senja
bukan isak pelan di surau tua
tapi ratap bumi yang retak di dada.
Kini….
Pulau Sumatra dalam bencana
Luluh lantak tak lagi berupa.
Bak luka lama dipaksa terbuka
bekas tebang liar, tanah gundul, dan lupa
kini menjelma jadi longsor dan banjir
langit murka, bukan karena marah,
karena janji pada bumi telah dikhianati

Hujan tak lagi rahmat
ia deras tanpa jeda, tanpa tanya,
menyulam malam dengan benang air yang tajam.
Air bah menerjang dari hulu yang telanjang,
menyapu ladang nan subur, jembatan kayu, jalan setapak, rumah gadang
semua lenyap dalam gelombang waktu yang tak sempat berpamitan.

Kampung berubah
lautan lumpur menelan segala
Batu dan kayu gelondongan sisa hutan yang tumbang
meluncur memisah jiawa dengan raga
menggulung harap dalam deru sunyi
Secepat pedang dingin menebas sunyi

Di balik dinding lumpur yang membatu,
anak-anak tergeletak
tubuh kecil bergetar dingin,
dingin hujan, dingin kelaparan,
dingin doa yang tak sempat sampai ke langit.
Kini sumtra kembali menangis

Bukittinggi, 7 November 2025

 

BACA JUGA  Momen Spesial Hari Guru di Bukittinggi, Guru-Guru Bahasa Indonesia SMP Ciptakan Buku Puisi “Simfoni di Bawah Menara Jam Gadang"

Langit yang Terluka

Oleh Dilla, S.Pd.

Kini bumi menangis dalam rona wajah yang retak
Tak lagi rinai, namun lebat yang membabat
Ia datang tak lagi berupa doa
Namun amarah langit yang terluka
Menghujam tajam atap rapuh
mengoyak malam dengan dentuman galodo
Longsor dan banjir mengadu pada langit
Tak ada lagi resapan
Akar-akar tercerabut
Hutan gundul, terpapar telanjang
Menyisakan luka yang tak berkafan.

Banjir tak hanya air
Gelondongan dan batu besar menghantam segala rupa
ia adalah cermin perbuatan nyata manusia yang tak berperi
Tubuh-tubuh kecil terbawa arus, sebelum sempat belajar mengeja nama
Longsor tak hanya tanah runtuh
Ketika pohon terakhir tumbang
Ia adalah lembaran-lembaran kertas yang dihitung
Oleh segelintir elit yang tak lagi memiliki hati